Bisnis.com, JAKARTA - Pendiri aplikasi Telegram Pavel Durov buka suara usai dirinya ditangkap dan diperiksa oleh otoritas Prancis.
Dalam saluran Telegram pribadinya, Durov mengaku terkejut dengan penangkapan dan penyelidikan Telegram.
Pasalnya, Durov membantu pihak berwenang Prancis menyiapkan akses langsung ke saluran hotline Telegram yang memungkinkan mereka menghubungi perwakilan platform tersebut di Uni Eropa kapan saja.
"Telegram memiliki perwakilan resmi di Uni Eropa yang menerima dan membalas permintaan Uni Eropa. Alamat emailnya telah tersedia untuk umum bagi siapa saja di Uni Eropa yang mencari di Google dengan kata kunci 'Telegram EU address for law enforcement'" tulis Durov di saluran tesmi Telegram-nya, dikutip Sabtu (7/9/2024).
Durov mengatakan pihak berwenang Prancis seharusnya menyampaikan keluhan mereka kepada perusahaannya daripada menahannya, dan menyebut penangkapan itu salah arah.
Dalam pesannya, Durov yang kini berkewarganegaraan Prancis mengatakan, jika sebuah negara tidak puas dengan layanan internet, praktik yang lazim dilakukan adalah memulai tindakan hukum terhadap layanan itu sendiri.
Baca Juga
"Menggunakan undang-undang sebelum adanya ponsel pintar untuk menuntut seorang CEO atas kejahatan yang dilakukan oleh pihak ketiga pada platform yang dia kelola adalah pendekatan yang salah arah,” jelas Durov.
Durov melanjutkan, membangun keseimbangan yang tepat antara privasi dan keamanan tidaklah mudah. Untuk melakukan hal tersebut, harus ada penyelarasan undang-undang privasi dengan persyaratan penegakan hukum, dan undang-undang setempat dengan undang-undang Uni Eropa serta memperhitungkan keterbatasan teknologi.
Sebagai sebuah platform, Durov mengatakan Telegram menginginkan proses tersebut konsisten secara global, sekaligus memastikan proses tersebut tidak disalahgunakan di negara-negara dengan supremasi hukum yang lemah.
Dia juga menambahkan, Telegram telah berkomitmen untuk berinteraksi dengan regulator untuk menemukan keseimbangan yang tepat.
“Ya, kami berpegang pada prinsip kami: pengalaman kami dibentuk oleh misi kami untuk melindungi pengguna kami di rezim otoriter. Namun kami selalu terbuka untuk berdialog,” kata Durov.
Lebih lanjut, dia mengakui bahwa Telegram masih tidak sempurna sebagai platform. Namun, dia menegaskan klaim di beberapa media bahwa Telegram adalah semacam surga anarkis sama sekali tidak benar.
Durov mengatakan, pihaknya menghapus jutaan postingan dan saluran berbahaya setiap hari. Telegram juga menerbitkan laporan transparansi harian dan memiliki hotline langsung dengan LSM untuk memproses permintaan moderasi mendesak dengan lebih cepat.
Durov ditahan akhir bulan lalu di Prancis di tengah penyelidikan kejahatan terkait gambar pelecehan seksual terhadap anak-anak, perdagangan narkoba, dan transaksi penipuan yang terkait dengan aplikasi tersebut.
Dia telah didakwa oleh pengadilan Prancis karena diduga mengizinkan aktivitas kriminal di aplikasi perpesanan tetapi menghindari penahanan di penjara sebelum kasusnya disidangkan dengan jaminan 5 juta euro. Dia diberikan pembebasan dengan syarat dia melapor ke kantor polisi dua kali seminggu dan tetap berada di Prancis.
Tuduhan terhadap Durov termasuk keterlibatan dalam penyebaran gambar seksual anak-anak dan serangkaian dugaan pelanggaran lainnya pada aplikasi perpesanan.
Penangkapannya yang mengejutkan telah menyoroti pertanggungjawaban pidana Telegram, aplikasi populer dengan sekitar 1 miliar pengguna, dan telah memicu perdebatan mengenai kebebasan berpendapat dan sensor pemerintah.